Halo

Selamat datang di blogku

:D

Semangat!!!

:D

Bahagia adalah hakmu, jangan biarkan orang lain menentukannya untukmu

:D

Jangan lupa, setiap kali kau beruntung berarti satu lagi doa ibumu dikabulkan

:D

Ingatlah untuk selalu berbahagia

Thursday, June 14, 2018

My third pregnancy

Hello, lama gak cerita lagi...
Dan kali ini pengen cerita tentang kabar yg cukup menggembirakan. ^_^

Setelah setahun menikah, tepat libur lebaran kemarin, tgl 25/6 aku yg dapet cuti bersama, akhirnya liburan ke kupang, nemenin suami dinas. Lumayan, cuti bersamanya bisa buat seminggu. Tapi harga tiketnya juga lumayan sih, gapapa kaan demi ketemu suami :D
Seminggu dikupang, ga kemanamana, soalnya suami dinas..
Jadi kami cuma bersantai dirumah dan nemenin suami dinas..
Awal berangkat memang gak rencanakan buat promil sih, mengingat masa suburku harusnya sudah lewat..
Tapi berhubung sejak keguguran kemarin siklusku jadi "memanjang" dan menurut Flo, aplikasi yg aku pake buat nandain siklus masa suburnya memang ada di hari-hari libur lebaran itu, cumaa aku ga terlalu mikir sih ya.....
Dipercepat...
.
.
Balik dari kupang, mens yg harusnya dateng, ternyata ga dateng...
Tapi rasa tanda-tanda mau mens sudah ada, jd diabaikan ajaa tuh telatnya
Nah pas telat 5 hari, iseng nih beli test pack, merknya akurat (gaperlu disensor lah ya)
Ternyata hasilnya negatif, yah kecewa sih, tp gpp
Nah ditunggu mens nya, ternyata ga muncul juga
Pas hari ke sepuluh, iseng lah ya, beli testpack yg tigaribuan 2 biji
Aku coba tuh pake satu pagi-pagi.
Oh my god
Ada dua garis!!!
Satunya samar sih, tapi karena iseng, aku cobain testpack kedua, hasilnya sama!!
Aku seneng, akhirnya kirim via WA ke suami. Dan kata suami, nanti sore langsung ke dokter ya. Dan kami janji ga bilang dulu ke mertua, takut beliyo kesenengan duluan.
Sorenya aku ke dokter kandungan, di USG biasa di perut, katanya ga ada
Dicek pake transvaginal, baru ada penebalan rahim.
Aku agak kecewa sih, tapi kata dokter tunggu 2 minggu, sambil dikasi penguat, hormon progesteron.
Kata dokter kali dalam 2 minggu mens, berarti ga hamil, tp kalo aman-aman aja, dicek lagi.
Menunggu 2 minggu rasanya ituuu... hmmm... setiap hari, hampir setiap hari aku beli testpack, saking takutnya, kalau-kalau testpack nya salah.
2 minggu berlalu, aku ke dokter lagi. Ternyata sudah ada kantong kehamilan! Dan usianya sudah 6w4d
Aku bahagia, tak terlukiskan dengan kata-kata pokoknya hahahaha
Setelah itu, tanda kehamilan mulai tampak, aku gabisa sama sekali cium bau makanan. Terutama ayam goreng.
Hoaaaah.
Lanjutannya nanti yaa, aku ngantuk.
Hehehehe

Rumah kori nuansa,
20 agustus 2017

Semangat Baru

Halo, sudah cukup lama tidak berbagi.
Hari ini, sehari setelah anniversary pertama pernikahan kami, aku mencoba merangkum beberapa pelajaran hidup yang sudah aku dapatkan selama setahun terakhir. Setahun setelah terlahir kembali sebagai anak, istri, calon ibu dan menantu dalam penggabungan dua keluarga besar yang berbeda adatnya.
Terlepas dari segala cobaan yang telah aku alami selama setahun terakhir, tak sedikit pula kebahagiaan yang telah aku alami. Selama ini aku hanya berfokus pada kesedihanku saja, sehingga kebahagiaan dan cinta yang aku terima seolah tidak ada artinya. Ketidakdewasaanku menuntunku pada jurang kegelapan, aku mulai menyalahkan setiap hal disekitarku, bahkan merasa tidak ada lagi tempatku bergantung.
Ya. Benar kata orang bijak, setelah titik tergelap dalam hidup, akan muncul sediikit demi sedikit cahaya yang akan menuntun kepada kebahagiaan.

1. BANGUN! SADARLAH! KESEDIHAN YANG KAMU ALAMI, BUKAN UNTUK MENJATUHKANMU. TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN KAMU, SUAMIMU MAUPUN ORANG DISEKITARMU.
Disini aku sempat terjatuh, dalam. sangat dalam. Dalam keterpurukanku, bahkan kebahagiaan orang lain terlihat seperti mengejek. mencela. Doa dari orang orang aku rasa seperti menghinaku. menyalahkanku. Setiap postingan mereka mengenai suami mereka yang selalu ada, perkembangan janin mereka, pertumbuhan bayi mereka. Semua itu membuat aku murka. muak. pedih.
Dari awal aku merasa mereka sombong, tidak memikirkan perasaan orang lain dan sebagainya.
Tapi setelah pikiranku kembali, perasaanku terobati, aku sadar bahwa semua itu bukan salah mereka. Tapi sempitnya hatiku, piciknya pandanganku akan kebahagiaan orang lain, yang tanpa sadar membuatku semakin terpuruk dan perlahan menggerogoti hatiku.
Aku sempat menyalahkan diri atas setiap kejadian yang menimpaku. Aku sempat merasa pernikahan ini salah, jalan yang aku tempuh ini salah, semua dalam hidupku hanyalah kesalahan,
Aku tidak tahu tepatnya kapan, pikiranku seolah mulai terbuka. Setiap kali amarah mulai berkobar di dadaku, seolah sesuatu yang baru dalam diriku mengajakku meninggalkan kobaran itu. Meninggalkan kesedihan yang aku alami.

2. HIDUPLAH DENGAN BAHAGIA, TIDAK PERLU MENJADI SEMPURNA SEPERTI YANG DIINGINKAN ORANG LAIN
Yah, selama ini aku hidup dengan bayangan agar aku bisa membahagiakan orang lain, perlahan aku mengubah diriku sendiri, menjadi baik sesuai standar orang orang yg ingin aku bahagiakan. Namun kebahagiaan mereka sebenarnya semu, karena hati kecilku sendiri tidak bahagia. Penghargaan apa yang aku dapatkan, apapun yang mereka bicarakan tentangku, baik atau buruk, tidak usah diambil hati. Jika kamu bahagia, biar saja mereka mengatakan kamu pemalas, kamu egois, kamu tidak bertanggungjawab. Hidupmu adalah tanggungjawabmu. Seberapa lama mereka akan hidup untuk melihatmu mengubah dirimu agar mereka bahagia?
Panjangnya hidupmu sendiri kamu tak tahu, nikmati kehidupan sebahagiamu, lepaskan ikatan balas budimu pada yang tak perlu. Sesempurna apapun kamu berusaha, akan tetap ada manusia di luaran sana yang melihat celah keburukanmu.

Intinya cuma dua, tapi ada sangat banyak cabang cabang dari kehidupan itu yang aku raih selama setahun ini.
Dear desi di masa depan, jika nanti kamu baca ini lagi, please, berbahagialah untuk dirimu sendiri.
Meja Kantor,
07 Juli 2017

Penyemangat diri

Hari ini, ngobrol dengan rekan kerja.
Aku mengutarakan kalau aku ingin melanjutkan kuliahku lagi.
Dan dia berkata, "gak mau punya anak dulu?"
Aku terdiam.
Aku bukannya tidak mau. Selama hampir setahun, kami mencoba.
Hasilnya? Berhasil dua kali, gagal pun dua kali.
Trauma yg dihasilkan tidak sedikit.
Seandainya aku bisa membagi sedikit rasa trauma itu dengan mereka yg bisa menjudge dengan mudah.
Sedikit saja, agar mereka pernah berjalan di jalur yg aku tempuh.
Setahun sudah kesedihan yg tak kunjung hilang.
Rasa bersalah, kesepian, kemarahan dan rasa iri berkecamuk dalam hatiku.
Aku rasa aku bisa, jika aku belajar lagi.
Setidaknya rasa sedihku bisa tertutupi dengan kesibukan
Itu yang aku harapkan.
Setidaknya kesibukan ini mengalihkan rasa bersalahku.
Agar nanti aku bisa menjalani hari hari dengan baik, sembari mempersiapkan kedatangan bayi dalam hidupku.
Kami tidak pernah berhenti mencoba. Hanya terkadang pikiranku dan hatiku masih terasa sakit, mengingat nyawa dua janin kecil, hilang begitu saja dariku.
Jika Tuhan berkehendak.
Aku harap tahun ini bisa membahagiakan, menggantikan kesedihan yang telah aku lalui.
Semangat!!
Jika orang disekitarmu tidak mendukung dirimu, maka dirimulah, yg harus mendukung dirimu sendiri.
Meja kantor,
Berapi api!!!
13 Juni 2017

Hasil pemeriksaan

Halo, lama tak bersua.
Sudah banyak yg aku lalui selama beberapa tahun tak menceritakannya disini
Hmmm mulai dari apa ya?
Wisuda?
Dilamar?
Menikah?
My first pregnancy?
My first miscarriage?
~~~~~~~~
Way too much, jika diceritakan, karena banyak hal sudah terjadi dalam hidupku.
Sebenarnya menulis ini adalah semata mata untuk mengingatkan kepada diriku dimasa depan, betapa banyak hal yg sudah aku alami selama ini
Betapa lemah sekaligus betapa kuatnya diriku sendiri dengan atau tanpa support dari orang orang di sekitarku.
Setelah kehamilan pertamaku, yg kulalui sendiri, karena suami tinggal di pulau lain, ternyata aku harus menghadapi kenyataan pahit, keguguran! Di awal masa pernikahan, dan saat aku hanya tinggal bersama mertuaku.
Hatiku hancur sehancur hancurnya, tapi belum habis masa sulit itu, aku dihadapkan pada sebuah masalah baru.
I feel something round in my left breast. Round. Moveable. I.feel.empty.
Then my unconscious mind bring me back to 2006, where the young me, saw her mother having a lot of medical check up because she has a tumor. In her left breast. Then I start to panic! I do remember every day, since my mom is suffering, because of her breast. That f***in' breast cancer.
Back to the reality.
Now I'm lucky enough to has this freaking breast. I must said that I'm lucky. And I hope my sisters aren't lucky enough to pass this in their DNA.
Dan ketika aku menceritakannya kepada suamiku, tentu saja hal pertama yg dia lakukan adalah panik. Bersama.

Karena dia sangat tau, bagaimana kehidupan keluargaku, ketika penyakit ibuku mulai parah.
Hari itu kami berusaha saling menguatkan. Walaupun aku tau dalam hatinya iapun sangat khawatir.
Aku berusaha menjalani hidup dengan normal, namun di suatu waktu, aku down. Sampai akhirnya suamiku memutuskan untuk segera cuti dan menemaniku melakukan pemeriksaan.
Akhirnya kami melakukan pemeriksaan, di rumah sakit Balimed, kebetulan saat itu seorang teman memberi tahu tentang usg payudara.
Tidak perlu waktu lama sampai kami mengetahui hasilnya.
Dan hasilnya. Di luar dugaan.
I have TWO abnormal cells in my left breast.
TWO!!!
~~~~~~~~
I feel weak. But my husband was more than shock. He was the one who cried. He was so worried.
Then we back to our routine, but we are still looking for medication.
Dokter menyarankan untuk melakukan biopsi, tapi aku masih sangat ragu.
Mengingat kondisi ibuku setelah melakukan perawatan medis.
Di setiap perjalanan itu, tidak satu kalipun aku mengijinkan diriku untuk menangis di depan suamiku.
Karena aku tau, orang yang paling takut saat ini justru adalah suamiku.
Aku ingat, beberapa hari setelah pemeriksaan, saat kami berbincang dikamar, aku bersandar di lengannya, dan kata kata suamiku malam itu sungguh sangat jelas aku ingat. "Sayang, cepet sembuh na ya. Kita belum sempet jalan-jalan ke Sumba kan, ke jogja juga." Karena kata kata itu seluruh pertahananku runtuh di depannya. Untuk pertama kalinya, aku menangis sampai tidak mampu berkata kata lagi saat itu. Bersyukur lampu kamar sudah dimatikan saat itu, tapi suamiku seolah tau, aku berusaha menyembunyikan air mataku dengan rambutku, tapi jarinya menyentuh pipiku yg basah karena air mata.
~~~~~~~
Bagi orang lain mungkin kata kata itu tidak ada artinya, tapi bagiku, itu adalah salah satu ungkapan sayang sekaligus rasa takutnya suamiku kehilangan.
Suamiku tidak romantis, tapi selalu ada bagian dari dirinya yang menyentuh dasar hatiku.
Malam itu pula, setelah 6 tahun pacaran dan 8 bulan menikah, aku merasakan lagi debaran jantung tak terkendali seperti awal kami pacaran dulu. Dan hal ini mengingatkanku, perjuangan kami belum usai. Masih ada hal yang harus kami selesaikan.
Mencari pengobatan.
Aku harus sembuh, demi suamiku. Demi adik adikku. Dan demi bapakku.
~~~~~~~


Menulis sambil merindukan suamiku,
17 April 2017

My oh my (I'm Back!)

Hai, I'm back
Setelah lama sekali aku gak nulis di blog ya
Banyak yg sudah terlewati
Lamaran, menikah, honeymoon, garis dua di testpack, pendarahan, keguguran sampe harap harap cemas setiap kali telat.
Yah. Setelah menikah, segalanya berubah
Keluargaku bertambah, kebahagiaan bertambah, kecemasan dan penantian juga bertambah.
Kali ini aku pengen cerita, karena gatau harus cerita ke siapa.
Sudah genap 6 bulan setelah aku keguguran. Usianya baru 7 minggu, tapi rasa kehilangannya sungguh membekas sampai saat ini
Bagaimana tidak, untuk mengusahakan punya bayi lagi butuh suami. Sementara aku dan suamiku, terpisah jarak beberapa pulau, belum lagi harus mengatur cuti untuk bertemu dan mengatur agar bisa bertemu tepat di saat yg "tepat"
Kadang aku merasa seolah seperti hewan ternak, yg diharapkan segera memberi keturunan untuk melestarikan jenisnya.
Setiap kali berjumpa dengan kerabat, pasti yg ditanya "sudah hamil?" Atau "kok belum hamil sih?"
Percayalah. Kami berusaha. Tapi apa daya jarak kami berjauhan.
Kalau seandainya semua itu bisa di transfer seperti transfer file atau dikirim via email dan -voila- jadilah janin diperut bunda maka semua itu sudah kami lakukan.
Dan ketika hari berjalan seperti biasanya, aku baru menyadari ada sesuatu di «maaf» payudara sebelah kiriku.
Sebuah benjolan, berbentuk bulat telur dan bergerak gerak saat disentuh.
Seketika semangatku runtuh.
Mengingat kembali ke 11 tahun yg lalu, ketika alm ibu menunjukkan padaku, di payudara sebelah kirinya terdapat benjolan, yg sangat mirip dengan apa yg aku rasakan di payudaraku saat ini.
Aku sangat cemas. Menelpon suamiku dan menceritakan semuanya.
Semangatku benar benar runtuh.
Saat dia jauh, dan tidak ada yg bisa aku bagi cerita.
Hari ini, aku memberanikan diri menelepon sebuah rumah sakit swasta yg katanya mempunyai alat untuk usg payudara.
Setelah menelpon, hatiku masih cemas.
Dengan siapa aku akan berangkat memeriksakan diriku?
Jujur saja, seketika aku merasa sendirian. Tidak ada yg bisa aku andalkan.
Pulang kerumah kemudian menangis dan minta diantar bapak? Ah aku tidak tega.
Meminta ditemani mertua ke rs? Rasanya kasihan mengingat lokasi rs yg cukup jauh dari rumah.
Suaminya kemana? Oh. Dia dinas, di tempat yg jauh. Minta dia cuti? Sulit, karena ditempatnya kurang pegawai.
Dalam hati aku menyemangati diriku sendiri.
Agar aku tetap kuat. Tegas. Seperti yang selalu diajarkan ibu.
Hari ini mencoba untuk selalu posting perkembangannya yah. Semoga lancar. Catatan ini agar kelak bisa dibaca kembali, mengingat setiap masa sulit dan kenangan indah yang telah dilalui.
Meja kantor,
20 Maret 2017
16.45